Senin, 02 April 2012

Penggolongan Obat Sistem Pernafasan


Memang ini bukan hasil saya sendiri, tetapi bisa lah buat rekan semua untuk menambah ilmu. Ini saya dapatkan dari hasil googling dan juga study perpustakaan. Jadi silahkan bagi rekan-rekan yang memang berminat pada potingan saya,saya sangat senang.

Antitusif

Antitusif bekerja menghentikan batuk secara langsung dengan menekan refleks batuk pada sistem saraf pusat di otak. Dengan demikian tidak sesuai digunakan pada kasus batuk yang disertai dengan dahak kental, sebab justru akan menyebabkan dahak sulit dikeluarkan.

Ekspektoran

Golongan ini tidak menekan refleks batuk, melainkan bekerja dengan mengencerkan dahak sehingga lebih mudah mudah dikeluarkan. Dengan demikian tidak rasional jika digunakan pada kasus batuk kering, sebab hanya akan membebani tubuh dengan efek samping. Obat golongan ini harus digunakan secara hati-hati pada penderita tukak lambung.

Antihistamin

Golongan kedua ini merupakan kelompok CTM (chlor-trimeton) dan kawan-kawan. Di kemasan obat, ia lebih sering tampil bergaya dengan nama panjangnya, klorfeniramin maleat. Ketiganya setali tiga uang.
Histamin sendiri merupakan substansi yang diproduksi oleh tubuh sebagai mekanisme alami untuk mempertahankan diri atas adanya benda asing. Adanya histamin ini menyebabkan hidung kita berair dan terasa gatal, yang biasanya dikuti oleh bersin-bersin.
Selain berfungsi melawan alergi, antihistamin juga punya aktivitas menekan refleks batuk, terutama difenhidramin dan doksilamin. Sayangnya, obat golongan ini bisa menyebabkan Anda mengantuk pada saat rapat.

Dekongestan

Di antara beberapa jenis dekongestan, PPA (phenyl propanolamine) merupakan obat yang paling banyak diributkan setelah Ditjen POM (Sekarang Badan POM) menarik obat-obat flu yang mengandung PPA lebih dari 15 mg. Di Amerika Serikat, obat ini selain dipakai di dalam obat flu dan batuk, juga digunakan sebagai obat penekan nafsu makan yang dijual bebas.
Dalam dosis tinggi, PPA bisa meningkatkan tekanan darah. Jika digunakan terus-menerus, dapat memicu serangan stroke. Untuk mencegah efek buruk inilah, Dirjen POM membuat kebijakan membatasi PPA di dalam obat flu dan obat batuk, maksimal 15 mg per takaran.
Tabel-1 berikut bisa Anda jadikan sebagai panduan ringkas dalam memilih obat batuk.
Jika batuk Anda
Pilihlah yang mengandung
Contoh obat
Kering (tanpa disertai dahak)
Antitusif
Dekstrometorfan, atau noskapin
Disertai dahak
Ekspektoran
Bromheksin, gliseril guajakolat (GG, atau guaifenesin), ambroksol, karbosistein, atau ammonium klorida
Akibat alergi dan disertai dengan hidung meler
Antihistamin
Difenhidramin, klorfeniramin (CTM), doksilamin, feniramin, atau tripolidin
Disertai dengan napas yang tidak lega
Dekongestan
Fenil propanol amin, efedrin, pseudoefedrin, etilefedrin, atau fenilefrin
Nah yang dicari adalah merk dagang obat yang fungsinya sebagai antitusif dan ekspektoran, istilahnya ya kayak “obat sapu jagat” gitu jadi satu obat bisa menyembuhkan berbagai macam penyakity.  Alhamdulillah dapet nih satu sumber dari sini..
Tabel komposisi beberapa obat batuk
Merek obat
Komposisi (golongan)
Actifed DM
Tripolidin (antihistamin)
Pseudoefedrin (dekongestan)
Dekstrometorfan (antitusif)
Benadryl DMP
Difenhidramin (antihistamin, antitusif)
Dektrometorfan (antitusif)
Fenilefrin (dekongestan)
Ammonium klorida (ekspektoran)
Natrium sitrat (ekspektoran)
Bisolvon
Bromheksin (ekspektoran)
Komix
Dekstrometorfan (antitusif)
CTM (antihistamin)
PPA (dekongestan)
Ammonium klorida (ekpektoran)
Kalibex
Dekstrometorfan (antitusif)
Difenhidramin (antihistamin, antitusif)
PPA (dekongestan)
Vicks
formula 44
Dekstrometorfan (antitusif)
Doksilamin (antihistamin, antitusif)
Woods
Antitussive
Dekstrometorfan (antitusif)
Difenhidramin (antihistamin, antitusif)
Woods
Expectorant
Bromhexin (ekspektoran)
Guaifenesin (ekspektoran)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar